Langsung ke konten utama

Satu Kaki



Satu kaki

Jangan beri alasan bila yang kau tanam hanya seonggok kebohongan.
Jangan beri janji bila kau sendiri sadar kau adalah munafik yang handal.
Jangan taburkan kesedihan bila kau sendiri tak paham cara tuk memulihkan luka.

Sungguh kau memang aktor yang sangat handal dalam mempermainkan peranmu, seakan ingin membuat semua mata bersorak terbelalak akan peranmu, kau pun rela korbankan seonggok hati perempuan tak berdosa yang setiap malam hanya bisa memujamu lewat layar smartphone.
Miris melihat ternyata semenjijikan itu tingkahmu, yang lebih parahnya lagi sungguh hinanya diri ini karna tertipu dengan beribu topeng hias yang kau ciptakan, dengan bumbu manis dari setiap lembar tarian lidahmu yang indah.

Dulu kau ucap janji tanda sebuah komitmen dibuat, katamu kau tak perduli dengan jarak yang melintang antara kau dan aku, sebuah kepercayaan adalah kunci utama dalam suatu hubungan tuturmu menegaskan. Buaymu membawaku hanyut dalam tiap kalimat janji yang kau eluh - eluhkan, sampai tak terasa semakin hari semakin berat saja rasanya jarak menyiksaku, ingin rasanya bersandar dibahumu yang bidang, memandang langit sembari berangan angan tentang bagaimana hubungan kita kelak.

Namun sayang bintang yang kuharapkan ternyata kehilangan cahayanya. Malam itu kudengar suara lembut seorang gadis terlontar saat ku menelfonmu tuk menanyakan kabar karna sudah 3 hari kita tak bertukar tawa. Suara tawanya masih tetap terngiang dalam otakku sejak 10 detik yang lalu, suara tawa yang lembut dibalut dengan tawa kecilmu diujung obrolan. Rongga mulutku seakan beku untuk berkata, beribu sel dalam otakku berputar mencoba kembali berpikir tentang apa yang sedang terjadi. Dengan siapa kau habiskan malammu disana, beginikah caramu menjalin sebuah komitmen yang kau janjikan itu?

Kau tau?
Aku seperti sedang membangun sebuah gedung pencakar langit yang sangat kokoh, tapi sayang baru saja akan ku bangun lantai ke 15 sebuah angin kencang bertiup dan mengempas satu per satu lantai gedung yang telah kubangun, seperti itulah caramu meruntuhkan semua kepercayaan yang telah kubangun selama ini, kau membuat hal - hal yang ku lakukan selama ini seolah hanyalah sebuah kebodohan yang tak berarti bagimu.

5 hari sudah tak bersua kabar darimu, entah karna rasa malu yang sedang menyelimuti jiwamu entah mungkin karna hati yang selama ini kau jaga sudah berganti kepemilikan?

Malam ini bolehkah ku bercerita pada sang bintang yang kian detik kian redup, tentang hati yang lara karna cinta, tentang bagaimana hubungan ku denganmu yang tak kunjung menemukan titik temu yang baik.

Sungguh, sebenarnya tak apa bila kau ingin pergi, pergilah. Sudah tak ada lagi kata yang pantas tuk ku utarakan untuk menahanmu tetap disini. Rasanya seakan sesak, terlalu muak untuk kembali membuka lembaran baru bersamamu. Tiap kali benakku mengingatmu hanya suara perempuan itu yang terngiang, berputar - putar seolah ingin membuktikan bahwa ada hal - hal yang lebih bisa membahagiakanmu disana ketimbang harus bermesraan dengan layar smartphonemu.


Tuan.

Bolehkah kita mengulang masa - masa indah itu, masa dimana hanya pesanku lah yang selalu kau nanti, masa dimana hanya senyumku yang dapat terus membuat hatimu berdetak kencang, masa dimana hanya ada tawa kita diselah obrolan kecil pengantar tidur. Kini kisah itu lenyap dalam semalam tergusur kisah baru yang hendak kau pijaki dengannya.

Entah apa jadinya aku nanti, entah bagaimana cara menyembuhkan luka tikaman yang jelas - jelas kau biarkan tertancap tanpa berniat tuk kau obati. Aku kembali kosong, sama seperti sebelum ku mengenal laki - laki yang selalu kukagumi tiap malamnya.

Mungkin cerita kita memang hanya cukup ditulis dengan 5 lembar kertas tak lebih, bila dengan bersamanya bisa membuatmu lebih baik, bila dengan bersamanya mampu membuatmu merasa menjadi dirimu. Sungguh aku tak apa, pergilah bila itu adalah yang terbaik untukmu, rasanya aku sudah tak memiliki hak tuk menahanmu tetap tinggal lebih lama.

Karna yang sebenarnya ku inginkan, hanyalah bagaimana melihatmu bahagia walau kenyataannya itu tidak bersamaku. Terima kasih untuk semua yang telah kau lakukan untukku, awal - awal mungkin akan sulit bagiku tuk menghentikan kebiasaanku, yaitu mengagumimu disetiap malamku.

Tapi kau tak usah mencemaskanku....
toh selama ini aku sudah cukup merasakan pahitnya berjalan dengan satu kaki, tak apa bukan bila sekaligus saja ku patahkan sebelahnya untuk membuang kenanganku tentangmu. Karna aku masih punya 2 tangan yang selalu bisa menggenggam hatiku agar tak jatuh kembali ketempat yang salah.

Tuan.

Terima kasih, karna kau tunjukan ternyata selama ini aku masih mampu tuk berjalan dengan satu kaki. Terima kasih karna telah mengajarkanku bahwa yang terbaik tak akan datang secepat itu.

Selamat tinggal, semoga kau temukan rumah sesungguhnya untuk pulang bukan sekedar singgah tuk melepas resah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Blog Pertama!

Hai, Everyone! Ini kali pertamanya gue bikin blog, sebenernya sih cuman iseng - iseng bikin blog, tapi insyaallah nanti gue bakal masukin something yang wajib banget kalian baca. OK! Tunggu peluncurannya yahh. Pertama gue mau kenalin diri gue dulu, nama gue echa eldyana putri, gue seorang anak SMA yang bisa dibilang sedikit gila dan sengklek, jadi kalo loe nilai blog gue ini sedikit gaje, ato gaje banget gue saranin udah ga usah diliat.. Hehehehe *becanda!* Ya udah gitu aja perkenalannya, jadi tungguin post-an gue yang akan datang selanjutnya. Bye..Bye ;)

99%

Akan ada masanya dimana mulutku mulai membisu, dadaku sesak, langkahku mulai tertatih. Bila masa itu datang berjanjilah kau akan selalu ada disisiku, berjanjilah kau akan selalu mendekapku dengan hangat, berjanjilah kau akan siap mendengarkan kata – kata terakhirku walau mungkin kau tidak akan tau apa yang sedang kuucapkan itu. Dalam diam dan keheningan. Aku mencintaimu. -99% (echa eldyana putri)- “Mau pulang bareng?” **                 “Mau pulang bareng?” Inget ga ? Itu kalimat pertama yang kamu ucapin keaku waktu kita ketemu.. Semuanya bener – bener udah berubah ken. “Karin!” “Hey” “Uuuuhh! Liat nibadan, udah liburan lu jadi nambah ceking aja. Eh, tapi bagus deh jadi pas ekskul cherliders nanti biar ga berat digendongnya. wwkwkwk *ketawa*” “Ih! Apaan sih lu nya, Eh tunggu deh ekskul-cherliders? Perasaan gue ga ngerasa ikut ekskul cher deh.” “Iya, emang kagak, gue aja yang iseng masukin lu ke ekskul cher...*nyengir*” “Ih! Kanyaaaa!!” ~~